MAKNA BELAJAR
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah
pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, edukatif, dan menyenangkan. Untuk
terjadinya hal tersebut dibutuhkan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat.
Strategi pembelajaran mengandung rentetan aktivitas yang dapat dijadikan
pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Strategi pembelajaran juga mengandung siapa melakukan
apa dalam proses pembelajaran, bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran, serta
dimana kegiatan pembelajaran berlangsung.
“Saat seseorang berhenti belajar, saat
itulah dia berhenti bertumbuh”, Juni Anton
Secara historis, penelitian mengenai
belajar dipelopori oleh para psikolog. Dipelopori oleh ahli-ahli seperti
Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898). Banyak
Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam
mempelajari tingkah laku (Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan
Hull.
Belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian
terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar
adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses
dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons
terhadap sesuatu situasi”
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar
adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”.3
Dari beberapa pengertian belajar
tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam
hal ini, Moh. Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku,
yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan
disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi
merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.
Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin
bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia
mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahapeserta didik sedang
belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha
mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar
Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan
perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang
berkesinambungan (kontiniu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan
yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan
keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahapeserta
didik telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan
keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat
dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik
untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahapeserta
didik belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan
keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan
mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi pendidik.
4. Perubahan yang bersifat
positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat
normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahapeserta didik
sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose
Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual
atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah
mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan
berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun
prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi pendidik.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu
yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahapeserta
didik ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahapeserta
didik tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku
psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan
sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari
proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
Misalnya, mahapeserta didik belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan
keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam
diri mahapeserta didik tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan
terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti
ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahapeserta didik belajar psikologi
pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia
ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi
pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A.
Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi pendidik yang efektif
dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan.
Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
8. Perubahan perilaku
secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya
sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula
perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahapeserta didik
belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau
pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap
tentang pentingnya seorang pendidik menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu
juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori
Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun,
2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Informasi verbal; yaitu penguasaan
informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya
pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan
individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan
simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination),
memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini
sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
Strategi kognitif; kecakapan individu
untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks
proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan
dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan
strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa
kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan
kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya
terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.
Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang
berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997)
mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
Kebiasaan; seperti peserta didik belajar
bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur
yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik
dan benar.
Keterampilan; seperti : menulis dan berolah
raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan
koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Pengamatan; yakni proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera
secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan
cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
PENGERTIAN BELAJAR EFEKTIF
Sebelum mempelajari pembelajaran efekif,
terlebih dahulu kita pelajari pengertian dari efektif. Efektif berasal dari
bahasa Inggris yaitu kata ”effective” yang dapat diartikan mempunyai efek
(akibat, pengaruh, kesan) atau dapat pula diartikan membawa hasil, berhasil
guna. Selain itu efektif tidak hanya diorientasikan pada hasil tetapi juga
proses yang ada dalam mencapai tujuan.4
Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran
efektif adalah pembelajaran yang berorientasi pada program pembelajaran
berkenaan dengan usaha mempengaruhi, memberi efek, yang dapat membawa
hasil sesuai dengan tujuan maupun proses
yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila
dalam proses pembelajaran setiap elemen, berfungsi secara keseluruhan, peserta
merasa tenang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan
prasarana yang memadai serta materi, metode dan media yang sesuai serta pendidik
yang profesional.
Juga keberhasilan proses pembelajaran
banyak tertumpu pada sikap dan cara belajar peserta didik, baik perorangan
maupun kelompok, selain itu, tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan
media pembelajaran dengan tepat merupakan faktor pendorong dan pemeliharaan
kegiatan belajar peserta didik yang produktif, efektif dan efisien. 5
Dalam belajar juga terdapat beberapa
strategi belajar yang dapat dipraktekan oleh pendidik maupun peserta didik, seperti :
STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PESERTA DIDIK
BACAKILAT.
Bacakilat merupakan cara belajar. Ditemukan
oleh Mr. Agus Setiawan Metode Bacakilat merupakan sistem belajar, terdiri dari
3 langkah sederhana dalam belajar yaitu Tujuan Membaca, Bacakilat, dan Aktivasi
Manual. Tujuan Membaca berguna untuk menentukan target yang ingin dicapai oleh peserta
didik. Bacakilat adalah langkah (satu-satunya) memasukan informasi ke pikiran
bawah sadar, yang mana pikiran bawah sadar berperan 88% dalam kehidupan kita.
Aktivasi Manual adalah langkah membuat pikiran sadar memahami
pelajaran. Ketiga langkah ini merupakan serangkaian strategi untuk
memperkuat pemahaman kita dalam membaca. Strategi atau metode pembelajaran ini
merupakan perpaduan dari berbagai teknik membaca dan teknik memori paling
efektif di dunia. Pendekatan belajar Bacakilat sangat berbeda dengan cara
belajar lainnya.
MINDMAPPING.
MindMapping adalah cara belajar dengan
pendekatan optimasi otak kiri dan kanan secara bersamaan. Metode strategi
pembelajaran ini pertama diciptakan oleh Tony Buzan karena terinspirasi oleh
akar pohon. Prinsip kerja metode pembelajaran ini sangat sederhana yakni
berdasarkan prinsip otak kiri dan otak kanan. Otak kiri merupakan bagian yang
cenderung berhubungan dengan analisa, angka, logika, detail. Sedangkan otak
kanan merupakan bagian yang berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, gambaran
besar, konseptual. Dalam proses belajar kita cenderung menggunakan ingatan
kita, setelah memahami materi pelajaran. Memori sangat erat kaitannya dengan
otak kanan sehingga belajar menggunakan dominan otak kanan akan terasa seru,
menyenangkan dan mudah untuk diingat. Bagaimana belajar dengan pendekatan otak
kanan? Dalam mindmapping, kita akan membuat atau meringkas materi pembelajaran
dengan menggunakan kata kunci (otak kanan), warna (otak kanan), dan gambar
(otak kanan). Semua itu adalah cara belajar dengan pendekatan otak kanan. Mindmapping
tidak hanya berguna untuk pembelajaran saja, tetapi juga untuk mencatat,
meringkas, hingga perencanaan.
TEKNIK MEMORI.
Jika kita harus berhadapan dengan urusan
menghafal, otak langsung merasa malas. Untuk membuat menghafal menjadi mudah
dan menyenangkan, kamu bisa menggunakan strategi pembelajaran ini. Mirip dengan
mindmapping, metode pembelajaran teknik memori menggunakan pendekatan dominan
otak kanan. Ada beberapa model pembelajaran teknik memori antara lain teknik
lokasi, teknik plesetan, teknik jembatan keledai, dan lain sebagainya.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIK
KONTEKSTUAL
Pendekatan Kontekstual yaitu pendekatan
pembelajaran yang memposisikan peserta didik sebagai pelaku. Peserta didik
mengalami kegiatan sendiri di lingkungannya. Pada pendekatan pembelajaran ini pendidik
menuntut untuk membuat strategi pembelajaran variatif untuk mengajar peserta
didik, tetapi membelajarkan atau memberdayakan peserta didik. Dalam kelas,
peran Pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Pendidik lebih
fokus memberi informasi, mengelola kelas menjadi sebuah tim, dan menemukan hal
baru bagi kelas. Murid dapat belajar menemukan pengetahuan secara sendiri,
tidak hanya dari kata pendidik semata.
KONSTRUKTIVISME
Pendekatan Konstuktivisme yaitu pendekatan
pembelajaran ini memiliki dasar berpikir mirip dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual namun perbedaannya terletak pada peserta didik diberikan stimulus
pengetahuan yang lebih sering.Pendekatan ini dapat membantu peserta didik
menyerap pengetahuan secara aktif dari proses pembelajaran sebelumnya dan
pembelajaran yang baru.
DEDUKTIF – INDUKTIF
Pendekatan Deduktif – Induktif yaitu
pendekatan yang berbeda namun saling mendukung.Pendekatan deduktif ditandai
dengan penjelasan konsep, definisi, dan istilah-istilah pada bagian awal
pembelajaran.Pendekatan deduktif didasari oleh pemikiran bahwa proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila peserta didik mendapatkan
gambaran besar terlebih dahulu. Lalu diikuti dengan pendekatan induktif
yang menggunakan data atau informasi detail untuk membangun konsep atau
memberikan pengertian pada peserta didik. Dengan pendekatan ini, peserta didik
dapat memahami pelajaran dari gambaran besar hingga spesifik.
Dengan pendekatan yang tepat, pendidik
dapat menambahkan beberapa metode pembelajaran efektif untuk semakin
mempermudah peserta didik dalam belajar. Berikut beberapa metode yang efektif:
METODE DISKUSI
Metode diskusi adalah model (metode)
pembelajaran yang erat hubungannya dengan pemecahan masalah (problem
solving).Metode ini sangat bermanfaat untuk mendorong peserta didik berpikir
kritis, mengekspresikan pendapatnya dengan bebas, melibatkan peserta didik
dalam memecahkan masalah bersama, dan memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan bersama. Dengan metode ini peserta didik dapat berlatih berargumen
dan membuat keputusan.
METODE DEMONSTRASI
Metode ini adalah metode yang
dilakukan dengan membimbing peserta didik memperagakan sesuatu misalnya barang,
kejadian, aturan atau urutan dalam melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui media tertentu.Metode ini sangat bermanfaat karena
menggunakan pendekatan peserta didik sebagai pusat perhatian, peserta didik
lebih melihat pembelajaran secara konkrit, selain itu pembelajaran ini juga
melibatkan pengalaman dan kesan bagi peserta didik.
METODE GABUNGAN
Metode pembelajaran ini merupakan perpaduan
dari berbagai metode yaitu ceramah dan metode lainnya. Paling tidak ada tiga
macam metode pembelajaran ini yaitu ceramah plus tanya jawab dan tugas, ceramah
plus diskusi dan tugas, ceramah plus demonstrasi dan latihan.Metode ini sangat
efektif karena melibat lebih dari satu cara. Peserta didik yang memiliki latar
belakang berbeda-beda lebih mudah terjangkau dengan pendekatan atau metode
pembelajaran secara variatif.
Namun pada hakekatnya setiap orang punya
gaya belajar masing-masing. Secara umum gaya belajar seseorang dapat dibedakan
menjadi 3 kategori;
Auditory
Orang yang termasuk dalam tipe ini
mengandalkan indera pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang
tipe auditory ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru “memberi banyak
penjelasan” di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya akan mengeluarkan
suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu yang didengarkan oleh indera
pendengarannya bahkan ketika dia sedang belajar sendirian.
Visual
Orang dengan gaya belajar visual akan
mengandalkan penglihatannya saat belajar. teorinya seperti ini = “tunjukkan
pada saya dan saya akan mengerti”. Biasanya orang tipe ini senang belajar
dengan membaca (diam), memperhatikan orang mengerjakan sesuatu
(senang diberi contoh).
Kinesthetic
Tipe belajar ini menggunakan indera peraba,
dengan merasakan sesuatu menggunakan indera peraba (tangan). Orang dengan tipe
kinesthetic ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada
sekadar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Dengan
tipe ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.6
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BELAJAR EFEKTIF
Proses belajar merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan atau berangkaian yang menyangkut berbagai faktor dan
situasi disekitarnya. Keberhasilan belajar sangat tergantung terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat pengajaran, guru,
interaksi belajar, lingkungan atau dari diri sendiri.
Dalam buku karangan Muhibbin syah, “Psikologi
Pendidikan”, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara global dapat
dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu:
Faktor internal (faktor dari dalam siswa),
yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),
yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
Faktor pendekatan belajar (approach to
learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.
1. Faktor Internal.
Faktor internal terdiri dari dua aspek
yaitu aspek pisiologis dan aspek psikologis.
A.
Aspek Pisiologis
Aspek pisiologis sangat berpengaruh pada
proses belajar, biasanya aspek ini dilihat dari kesehatan jasmani, baik kondisi
fisik dan kondisi panca indera. Misalnya kebugaran dapat berpengaruh terhadap
semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ-organ khusus, seperti mata dan telinga, juga sangat mempengaruhi
kemampuan anak dalam menyerap informasi pengetahuan, khususnya yang disajikan
di kelas.
Burton (1952 : 633-640), juga mengungkapkan
aspek pisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, antara lain;
a.
Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau
cacat, atau sakit sehingga sering mambawa gangguan emosional.
b.
Pancaindara (mata, telinga, alat bicara dan sebagainya) yang berkembang kurang
sempurna atau sakit sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif.
c.
Ketidak seimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya
kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan prilaku (kurang
terkoordinasikan dan sebagainya).
d.
Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota
badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering pula membawa ketidak stabilan
mental dan emosional.
e.
Penyakit menahun, seperti asma, dapat menghambat
usaha-usaha belajar secara optimal.
B.
Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
anak. Namun diantara faktor-faktor psikologis anak yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut;
1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi;
2) Sikap;
3) Bakat;
4) Minat;
5) Motivasi.
Begitu pula menurut Burton yang
dikategorikan terhadap beberapa kelemahan, yaitu:
a.Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang
bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain kelemahan mental, kurang
minat, kebimbangan dan sebagainya.
b.Kelemahan-kelemahan emosional, seperti perasaan tidak aman, penyesuaian yang
salah, tertekan rasa phobia dan ketidak matangan.
c.Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, antara
lain : sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran, nervous, kurang kooperatif
dan menghindari tanggung jawab, dan sebagainya.
d.Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak
diperlukan, seperti : ketidak mampuan membaca, berhitung atau memiliki
kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal anak merupakan faktor
kedua yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor eksternal anak terdiri
atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
A.
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial terdiri dari berbagai
lingkungan seperti lingkungan sekolah (para guru, staf administrasi, dan
teman-teman sekelas). Lingkungan sekolah ini sangat berpengaruh terhadap
semangat dan motivasi belajar anak. Lingkungan sosial kedua yaitu
masyarakat dan juga teman- teman sepermainan di lingkingan anak tersebut.
Lingkungan sosial yang lebih besar pengaruhnya terhadap belajar anak ialah
orang tua dan keluarga, dimana lingkungan keluarga ini mencakup sifat-sifat
orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi
keluarga, semuanya itu dapat memberikan dampak baik dan buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil yang dicapai anak.
B.
Lingkungan nonsosial
Faktor eksternal lain yaitu lingkungan
nonsosial. Lingkungan nonsosial ini meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan anak, dimana faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar.
Mengenai waktu yang digunakan untuk
belajar, tidaklah begitu berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, karena
berdasarkan hasil penelitian, mereka yang selalu belajar pagi hari dan dites
pada sore hari, ternyata hasilnya tetap baik. Sebaliknya, ada pula
diantara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat yang
sama, namun hasilnya tidak memuaskan (syah,1990). Hal tersebut
membuktikan bahwa waktu tidaklah berpengaruh dalam belajar artinya tidak
bergantung secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok
dengan kesiapsiagaan anak (Dumn et al, 1986). Berdasarkan hal diatas
kesiapan sistem memori anak dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item
informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut merupakan hal
terpenting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
(Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan. Hal :
139).
3. Faktor pendekatan
belajar.
Ragam pendekatan dalam belajar sangat
beragam dari yang paling klasik sampai yang paling modern, tetapi diantara
ragam pendekatan belajar yang lebih representatif (mewakili) yang klasik dan
modern yaitu :
1) Pendekatan hukum Jost, yaitu
keefektifan belajar antara 5 X 3 lebih baik dari pada 3 X 5.
2) Pendekatan
Ballard dan Clanchy dimana pendekatan belajar pada umumnya dipengaruhi
oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan.
3) Pendekatan
Biggi, pendekatan belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga prototipe
(bentuk dasar), yaitu pendekatan surface (bersifat lahiriah), pendekatan deep
(mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).
Faktor pendekatan belajar juga sangat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Sesorang anak yang tebiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar reproduktif misalnya, mungkin tidak akan
mencapai prestasi yang lebih baik jika menggunakan pendekatan achieving atau
analitis.
Menurut Klausmeir, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar sebagai berikut, yaitu: 1). Tujuan; 2).
Materi pengajaran; 3). Cara penyampaian; 4). Karakteristik anak; 5).
Karakteristik guru; 6). Interaksi dalam kelas; 7). Organisasi pengajaran; 8).
Karakteristik fisik, dan 9). Hubungan sekolah dengan masyarakat.
(Uman Suherman. Memahami karakteristik
individu. Hal: 50).
Selain ke tiga faktor itu ternyata
pengetahuan akan gaya belajar diri ikut menentukan keberhasilan belajar efektif
anak. Pasalnya pengetahuan akan gaya belajar ini bisa memudahkan anak untuk
mencari dan menggunakan metode yang sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga
tingkat keberhasilan pun akan semakin besar.