Rabu, 11 November 2015

Strategi Belajar Efektif [2]

MAKNA BELAJAR
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, edukatif, dan menyenangkan. Untuk terjadinya hal tersebut dibutuhkan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran mengandung rentetan aktivitas yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Strategi pembelajaran juga mengandung siapa melakukan apa dalam proses pembelajaran, bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran, serta dimana kegiatan pembelajaran berlangsung.

“Saat seseorang berhenti belajar, saat itulah dia berhenti bertumbuh”, Juni Anton

Secara historis, penelitian mengenai belajar dipelopori oleh para psikolog. Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898). Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull. 
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)  menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Moh. Surya (1997) :  “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku  yang yang muncul karena pengalaman”.3

Dari beberapa pengertian belajar tersebut  diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh. Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu : 

1.  Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang  terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.  Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahapeserta didik sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah  pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.

2.  Perubahan yang berkesinambungan (kontiniu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahapeserta didik telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.

3.   Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahapeserta didik belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri  maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi pendidik.

4.   Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahapeserta didik sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia  memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi pendidik.

5.  Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya,  mahapeserta didik ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahapeserta didik tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.

6.  Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahapeserta didik belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahapeserta didik tersebut.

7.   Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah  maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahapeserta didik belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang  pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi pendidik yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang  Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

8.   Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan  keterampilannya. Misalnya, mahapeserta didik belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga  memperoleh sikap tentang pentingnya seorang pendidik menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam  menerapkan  “Teori-Teori Belajar”.

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
Strategi kognitif;  kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir  agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan  intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
Kebiasaan; seperti peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.


PENGERTIAN BELAJAR EFEKTIF
Sebelum mempelajari pembelajaran efekif, terlebih dahulu kita pelajari pengertian dari efektif. Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ”effective” yang dapat diartikan mempunyai efek (akibat, pengaruh, kesan) atau dapat pula diartikan membawa hasil, berhasil guna. Selain itu efektif tidak hanya diorientasikan pada hasil tetapi juga proses yang ada dalam mencapai tujuan.4

Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berorientasi pada program pembelajaran berkenaan dengan usaha mempengaruhi, memberi efek, yang dapat membawa hasil  sesuai dengan tujuan maupun proses yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen, berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa tenang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan prasarana yang memadai serta materi, metode dan media yang sesuai serta pendidik yang profesional.

Juga keberhasilan proses pembelajaran banyak tertumpu pada sikap dan cara belajar peserta didik, baik perorangan maupun kelompok, selain itu, tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran dengan tepat merupakan faktor pendorong dan pemeliharaan kegiatan belajar peserta didik yang produktif, efektif dan efisien. 5

Dalam belajar juga terdapat beberapa strategi belajar yang dapat dipraktekan oleh pendidik  maupun peserta didik, seperti :

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PESERTA DIDIK

BACAKILAT. 
Bacakilat merupakan cara belajar. Ditemukan oleh Mr. Agus Setiawan Metode Bacakilat merupakan sistem belajar, terdiri dari 3 langkah sederhana dalam belajar yaitu Tujuan Membaca, Bacakilat, dan Aktivasi Manual. Tujuan Membaca berguna untuk menentukan target yang ingin dicapai oleh peserta didik. Bacakilat adalah langkah (satu-satunya) memasukan informasi ke pikiran bawah sadar, yang mana pikiran bawah sadar berperan 88% dalam kehidupan kita. Aktivasi Manual adalah langkah membuat pikiran sadar memahami pelajaran. Ketiga langkah ini merupakan serangkaian strategi untuk memperkuat pemahaman kita dalam membaca. Strategi atau metode pembelajaran ini merupakan perpaduan dari berbagai teknik membaca dan teknik memori paling efektif di dunia. Pendekatan belajar Bacakilat sangat berbeda dengan cara belajar lainnya.

MINDMAPPING.
MindMapping adalah cara belajar dengan pendekatan optimasi otak kiri dan kanan secara bersamaan. Metode strategi pembelajaran ini pertama diciptakan oleh Tony Buzan karena terinspirasi oleh akar pohon. Prinsip kerja metode pembelajaran ini sangat sederhana yakni berdasarkan prinsip otak kiri dan otak kanan. Otak kiri merupakan bagian yang cenderung berhubungan dengan analisa, angka, logika, detail. Sedangkan otak kanan merupakan bagian yang berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, gambaran besar, konseptual. Dalam proses belajar kita cenderung menggunakan ingatan kita, setelah memahami materi pelajaran. Memori sangat erat kaitannya dengan otak kanan sehingga belajar menggunakan dominan otak kanan akan terasa seru, menyenangkan dan mudah untuk diingat. Bagaimana belajar dengan pendekatan otak kanan? Dalam mindmapping, kita akan membuat atau meringkas materi pembelajaran dengan menggunakan kata kunci (otak kanan), warna (otak kanan), dan gambar (otak kanan). Semua itu adalah cara belajar dengan pendekatan otak kanan. Mindmapping tidak hanya berguna untuk pembelajaran saja, tetapi juga untuk mencatat, meringkas, hingga perencanaan.

TEKNIK MEMORI. 
Jika kita harus berhadapan dengan urusan menghafal, otak langsung merasa malas. Untuk membuat menghafal menjadi mudah dan menyenangkan, kamu bisa menggunakan strategi pembelajaran ini. Mirip dengan mindmapping, metode pembelajaran teknik memori menggunakan pendekatan dominan otak kanan. Ada beberapa model pembelajaran teknik memori antara lain teknik lokasi, teknik plesetan, teknik jembatan keledai, dan lain sebagainya.


PENDEKATAN PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIK

KONTEKSTUAL
Pendekatan Kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran yang memposisikan peserta didik sebagai pelaku. Peserta didik mengalami kegiatan sendiri di lingkungannya. Pada pendekatan pembelajaran ini pendidik menuntut untuk membuat strategi pembelajaran variatif untuk mengajar peserta didik, tetapi membelajarkan atau memberdayakan peserta didik. Dalam kelas, peran Pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Pendidik lebih fokus memberi informasi, mengelola kelas menjadi sebuah tim, dan menemukan hal baru bagi kelas. Murid dapat belajar menemukan pengetahuan secara sendiri, tidak hanya dari kata pendidik semata.

KONSTRUKTIVISME
Pendekatan Konstuktivisme yaitu pendekatan pembelajaran ini memiliki dasar berpikir mirip dengan pendekatan pembelajaran kontekstual namun perbedaannya terletak pada peserta didik diberikan stimulus pengetahuan yang lebih sering.Pendekatan ini dapat membantu peserta didik menyerap pengetahuan secara aktif dari proses pembelajaran sebelumnya dan pembelajaran yang baru.

DEDUKTIF – INDUKTIF
Pendekatan Deduktif – Induktif yaitu pendekatan yang berbeda namun saling mendukung.Pendekatan deduktif ditandai dengan penjelasan konsep, definisi, dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.Pendekatan deduktif didasari oleh pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila peserta didik mendapatkan gambaran besar terlebih dahulu. Lalu diikuti dengan pendekatan induktif yang menggunakan data atau informasi detail untuk membangun konsep atau memberikan pengertian pada peserta didik. Dengan pendekatan ini, peserta didik dapat memahami pelajaran dari gambaran besar hingga spesifik.

Dengan pendekatan yang tepat, pendidik dapat menambahkan beberapa metode pembelajaran efektif untuk semakin mempermudah peserta didik dalam belajar. Berikut beberapa metode yang efektif:

METODE DISKUSI
Metode diskusi adalah model (metode) pembelajaran yang erat hubungannya dengan pemecahan masalah (problem solving).Metode ini sangat bermanfaat untuk mendorong peserta didik berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya dengan bebas, melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah bersama, dan memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan bersama. Dengan metode ini peserta didik dapat berlatih berargumen dan membuat keputusan.

METODE DEMONSTRASI
Metode ini adalah metode yang dilakukan dengan membimbing peserta didik memperagakan sesuatu misalnya barang, kejadian, aturan atau urutan dalam melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui media tertentu.Metode ini sangat bermanfaat karena menggunakan pendekatan peserta didik sebagai pusat perhatian, peserta didik lebih melihat pembelajaran secara konkrit, selain itu pembelajaran ini juga melibatkan pengalaman dan kesan bagi peserta didik.

METODE GABUNGAN
Metode pembelajaran ini merupakan perpaduan dari berbagai metode yaitu ceramah dan metode lainnya. Paling tidak ada tiga macam metode pembelajaran ini yaitu ceramah plus tanya jawab dan tugas, ceramah plus diskusi dan tugas, ceramah plus demonstrasi dan latihan.Metode ini sangat efektif karena melibat lebih dari satu cara. Peserta didik yang memiliki latar belakang berbeda-beda lebih mudah terjangkau dengan pendekatan atau metode pembelajaran secara variatif.

Namun pada hakekatnya setiap orang punya gaya belajar masing-masing. Secara umum gaya belajar seseorang dapat dibedakan menjadi 3 kategori;
 Auditory
Orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan indera pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang tipe auditory ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru “memberi banyak penjelasan” di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu yang didengarkan oleh indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang belajar sendirian.

Visual
Orang dengan gaya belajar visual akan mengandalkan penglihatannya saat belajar. teorinya seperti ini = “tunjukkan pada saya dan saya akan mengerti”. Biasanya orang tipe ini senang belajar dengan membaca (diam), memperhatikan orang mengerjakan sesuatu
(senang diberi contoh).

Kinesthetic
Tipe belajar ini menggunakan indera peraba, dengan merasakan sesuatu menggunakan indera peraba (tangan). Orang dengan tipe kinesthetic ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada sekadar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Dengan tipe ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.6


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR EFEKTIF
Proses belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan atau berangkaian yang menyangkut berbagai faktor dan situasi disekitarnya.  Keberhasilan belajar sangat tergantung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat pengajaran, guru, interaksi belajar, lingkungan atau dari diri sendiri.

Dalam buku karangan Muhibbin syah, “Psikologi Pendidikan”, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara global dapat dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu:
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.

1.    Faktor Internal.
Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu aspek pisiologis dan aspek psikologis.

A.       Aspek Pisiologis
Aspek pisiologis sangat berpengaruh pada proses belajar, biasanya aspek ini dilihat dari kesehatan jasmani, baik kondisi fisik dan kondisi panca indera. Misalnya kebugaran dapat berpengaruh terhadap semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.  Kondisi organ-organ khusus, seperti mata dan telinga, juga sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menyerap informasi pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Burton (1952 : 633-640), juga mengungkapkan aspek pisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, antara lain;
a.         Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit sehingga sering mambawa gangguan emosional.
b.        Pancaindara (mata, telinga, alat bicara dan sebagainya) yang berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif.
c.         Ketidak seimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan prilaku (kurang terkoordinasikan dan sebagainya).
d.        Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering pula membawa ketidak stabilan mental dan emosional.
e.         Penyakit menahun, seperti asma, dapat menghambat
usaha-usaha belajar secara optimal.

B.       Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran anak.  Namun diantara faktor-faktor psikologis anak yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut;
1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi;
2) Sikap;
3) Bakat;
4) Minat;
5) Motivasi.

Begitu pula menurut Burton yang dikategorikan terhadap beberapa kelemahan, yaitu:
a.Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain kelemahan mental, kurang minat, kebimbangan dan sebagainya.
b.Kelemahan-kelemahan emosional, seperti perasaan tidak aman, penyesuaian yang salah, tertekan rasa phobia dan ketidak matangan.
c.Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, antara lain : sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran, nervous, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, dan sebagainya.
d.Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan, seperti : ketidak mampuan membaca, berhitung atau memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.

2.    Faktor Eksternal.
Faktor eksternal anak merupakan faktor kedua yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor eksternal anak terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

A.       Lingkungan sosial
Lingkungan sosial terdiri dari berbagai lingkungan seperti lingkungan sekolah (para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas).  Lingkungan sekolah ini sangat berpengaruh terhadap semangat dan motivasi belajar anak.  Lingkungan sosial kedua yaitu masyarakat dan juga teman- teman sepermainan di lingkingan anak tersebut.  Lingkungan sosial yang lebih besar pengaruhnya terhadap belajar anak ialah orang tua dan keluarga, dimana lingkungan keluarga ini mencakup sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya itu dapat memberikan dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai anak.

B.       Lingkungan nonsosial
Faktor eksternal lain yaitu lingkungan nonsosial.  Lingkungan nonsosial ini meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak, dimana faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar.

Mengenai waktu yang digunakan untuk belajar, tidaklah begitu berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, karena berdasarkan hasil penelitian, mereka yang selalu belajar pagi hari dan dites pada sore hari, ternyata hasilnya tetap baik.  Sebaliknya, ada pula diantara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (syah,1990).  Hal tersebut membuktikan bahwa waktu tidaklah berpengaruh dalam belajar artinya tidak bergantung secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan anak (Dumn et al, 1986).  Berdasarkan hal diatas kesiapan sistem memori anak dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut merupakan hal terpenting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
(Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan. Hal : 139).

3.    Faktor pendekatan belajar.
Ragam pendekatan dalam belajar sangat beragam dari yang paling klasik sampai yang paling modern, tetapi diantara ragam pendekatan belajar yang lebih representatif (mewakili) yang klasik dan modern yaitu :
1)  Pendekatan hukum Jost, yaitu keefektifan belajar antara 5 X 3 lebih baik dari pada 3 X 5.
2)  Pendekatan Ballard dan Clanchy dimana pendekatan belajar  pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan.
3)  Pendekatan Biggi, pendekatan belajar  dapat dikelompokkan kedalam tiga prototipe (bentuk dasar), yaitu pendekatan surface (bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).

Faktor pendekatan belajar juga sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.  Sesorang anak yang tebiasa mengaplikasikan pendekatan belajar reproduktif misalnya, mungkin tidak akan mencapai prestasi yang lebih baik jika menggunakan pendekatan achieving atau analitis.

Menurut Klausmeir, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut, yaitu: 1).  Tujuan; 2).  Materi pengajaran; 3). Cara penyampaian; 4). Karakteristik anak; 5). Karakteristik guru; 6). Interaksi dalam kelas; 7). Organisasi pengajaran; 8). Karakteristik fisik, dan 9). Hubungan sekolah dengan masyarakat.
(Uman Suherman. Memahami karakteristik individu. Hal: 50).

Selain ke tiga faktor itu ternyata pengetahuan akan gaya belajar diri ikut menentukan keberhasilan belajar efektif anak. Pasalnya pengetahuan akan gaya belajar ini bisa memudahkan anak untuk mencari dan menggunakan metode yang sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga tingkat keberhasilan pun akan semakin besar.